Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Namun, dalam proses pendidikan seringkali muncul mitos-mitos yang sebenarnya tidak benar dan dapat mempengaruhi cara kita dalam menjalani pendidikan itu sendiri. Salah satu mitos yang seringkali muncul adalah tentang pangkat atau status dalam pendidikan. Banyak orang beranggapan bahwa jika seseorang memiliki pangkat tertentu, maka orang tersebut lebih pintar atau lebih berkompeten dalam hal pendidikan. Namun, sebenarnya hal ini tidaklah benar.
Mitos pangkat tak sebenarnya dalam pendidikan sebenarnya hanya menciptakan pemisahan dan diskriminasi di antara siswa, guru, dan seluruh komponen dalam dunia pendidikan. Banyak sekolah atau institusi pendidikan yang menganggap bahwa siswa yang memiliki pangkat akademik yang tinggi lebih berharga daripada mereka yang memiliki pangkat rendah. Hal ini dapat menyebabkan stres dan tekanan yang berlebihan pada siswa, serta dapat merusak hubungan antar siswa.
Guru juga dapat menjadi korban dari mitos pangkat tak sebenarnya dalam pendidikan. Banyak guru yang merasa tertekan dan merasa tidak berharga jika mereka tidak memiliki pangkat atau gelar yang tinggi dalam bidang pendidikan. Padahal, seorang guru yang baik bukanlah ditentukan oleh pangkat atau gelar yang dimilikinya, tetapi ditentukan oleh kemampuan dalam mengajar dan menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi siswanya.
Untuk menghindari penyebaran mitos pangkat tak sebenarnya dalam pendidikan, kita perlu membangun budaya inklusif di lingkungan pendidikan. Ini berarti semua orang, tanpa memandang pangkat atau gelar yang dimiliki, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang. Kita perlu menghargai setiap individu atas kualitas dan potensi dirinya, bukan hanya berdasarkan pada pangkat atau gelar yang dimilikinya.