Tari Baksa Kembang adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Jawa Tengah, Indonesia. Tarian ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya, serta memiliki properti, gerakan, dan pola lantai yang unik. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam mengenai tarian ini, dengan fokus pada sejarahnya, properti yang digunakan, gerakan yang dilakukan, dan pola lantai yang menjadi ciri khasnya.
Sejarah Tari Baksa Kembang
Tari Baksa Kembang memiliki akar budaya yang dalam di Jawa Tengah. Tarian ini dikaitkan dengan tradisi Jawa kuno yang berkaitan dengan kehidupan pedesaan dan pertanian. Menurut legenda, tarian ini pertama kali muncul pada masa Kerajaan Mataram Kuno, pada abad ke-8 Masehi. Pada saat itu, tari Baksa Kembang digunakan sebagai bentuk persembahan kepada para dewa dan leluhur sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Seiring berjalannya waktu, tarian ini menjadi semakin populer dan mendapatkan pengaruh dari budaya-budaya lain di Jawa Tengah. Pada masa Kerajaan Majapahit, tari Baksa Kembang berkembang pesat dan diintegrasikan ke dalam upacara kerajaan. Pada masa ini, tarian ini juga mulai digunakan sebagai bentuk hiburan untuk rakyat jelata.
Pada masa kolonial Belanda, tari Baksa Kembang sempat mengalami penurunan popularitas. Namun, setelah Indonesia merdeka, tarian ini kembali dihidupkan kembali dan dijadikan sebagai salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan. Saat ini, tari Baksa Kembang sering ditampilkan dalam berbagai acara budaya, termasuk festival seni dan upacara adat di Jawa Tengah.