Tari Bedhaya Ketawang : Sejarah, Properti, Gerakan dan Pola Lantai

Hamzah

Tari Bedhaya Ketawang adalah salah satu tarian tradisional Jawa yang memiliki nilai budaya yang tinggi. Tarian ini sangat terkenal di Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, serta dianggap sebagai salah satu tarian keraton yang paling suci. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah Tari Bedhaya Ketawang, properti yang digunakan dalam tarian ini, gerakan dan pola lantai yang khas, serta nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tarian ini.

Sejarah Tari Bedhaya Ketawang

Tari Bedhaya Ketawang memiliki sejarah yang panjang dan erat kaitannya dengan Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Tarian ini pertama kali diciptakan oleh Sultan Agung pada abad ke-17. Tarian ini awalnya hanya ditampilkan di hadapan raja dan keluarga kerajaan sebagai bentuk penghormatan terhadap dewa dan roh leluhur. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini juga mulai ditampilkan di hadapan masyarakat luas.

Tari Bedhaya Ketawang memiliki makna yang dalam. Kata “Bedhaya” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “duduk”, sedangkan “Ketawang” merujuk pada nama gending (irama atau lagu) yang digunakan dalam tarian ini. Tarian ini menggambarkan kehidupan kerajaan, keagungan, dan kebesaran kekuasaan raja.

Pada awalnya, Tari Bedhaya Ketawang hanya ditampilkan oleh para penari wanita dari kalangan keluarga kerajaan. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini juga ditampilkan oleh penari wanita dari masyarakat umum yang telah menjalani proses pelatihan yang ketat. Hal ini bertujuan untuk melestarikan seni budaya Jawa dan memperluas apresiasi terhadap tarian ini.

Bagikan:

Tags

Leave a Comment